Kebahagiaan?
Ketenangan?
Cinta?
Lalu mengapa setelah cinta itu dimiliki, hati itu tetap sepi? Aku merintih~ dalam diam aku bicarakan semuanya pada diariku~ menjadi teman yang setia menemani saatnya indahnya keriangan.. dan sakitnya kedukaan.. diari yang sering kali menjadi semangat hidupku.. yang kembali mengingatkan diriku tentang siapa aku~ entahlah.. kali ini aku tewas.. terjatuh yang entah atau tidak untuk bangun kembali. Aku ingin berlari~ kembali melakar senyuman pada ikhlasnya persahabatan.. melihat riangnya anak kecil yang bermain~ kembali merasai kelembutan yang satu ketika dahulu pernah menjadi sebahagian dari dirinya~ aku ingin menjadi seperti umar.. tegas dalam perkataannya~ menjadi uthman yang indah kesopanan diri nya~ menjadi ali yang pintar dalam keputusannya~ tetapi hakikatnya ini adalah aku.. yang sering mengeluh.. Mengapa harus dia menjadi umat di akhir zaman. Mengapa harus dia diuji~ dan perlahan akal berbicara..
“Akhi, salahkah jika Allah menguji mu? Salahkah Allah ingin menyayangi dirimu akhi?”
“tidak wahai diri.. bahkan tidak~ tapi adakah aku mampu untuk menghadapinya? Apa mampu aku memikulnya?”
“Akhi, tidak akan terbeban seseorang itu melainkan apa yang mampu dibebankan keatas dirinya. Dirimu mampu memikulnya akhi~ akhi.. semati pesanan rasul, selangkah engkau menuju Dia, seribu langkah Dia menghampirimu. Jangan lemah akhi, jangan..
“Walatahinu wala tahzanu~” janganlah kamu merasa lemah dan janganlah kamu bersedih hati~ engkau dilahirkan dengan kasih sayang, dan dengan kasih sayang engkau diuji. Allah sedang berbicara denganmu akhi”
Aku terdiam~ air mataku mengalir. Semakin lama semakin deras dipipi. Aku teresak. Allah~ sudah berapa lama hati ini kering dari kasihMu. Sudah berapa lama hati ini jauh dari Mu~ aku rindu padaMu tuhan. Aku menzalimi diriku sendiri~ mencari kasihnya insan tanpa menyedari engkau tetap setia disisi. Menemaniku disetiap hembusan udara yang aku hela. Allah~ Engkau menjadikanku dengan sebaik-baik ciptaan. Diantara ribuan benih yang berlari, aku yang menjadi juaranya~ mengapa yang antara ribuan itu bukan ali yang lahir ke dunia? Mengapa bukan aminah? Hassan? Ataupun zainab? Tetapi yang dilahirkan ke dunia itu aku~ insan yang masih bernafas dalam sebuah jiwa~ aku dilahirkan tanpa aku pinta~ tetapi dengan Kasih Sayang Mu~ Aku dilahirkan.. Siapa yang mengajarkan aku menangis saatnya aku lahir? Saatnya aku lemah segalanya? Adakah kekasih hatiku? Adakah sahabat2 ku? Tidak~ tidak Ilahi.. Engkau yang mengajarkanku segalanya~ Engkau yang memberiku tangisan agar lahirnya aku didunia tidak terpisah dengan rahmat Mu~ kerana kasihnya sifatMu, aku masih disini. Mengecapi indahnya suka dan duka sebuah kehidupan. Sungguh, Engkau menyanyangiku melebihi kasihnya ibuku~ dan perlahan aku membesar dewasa.. melalui zaman kanak-kanak disamping ibu bapa yang telah Engkau anugerahkan. Engkau kirimkan pada hamba Mu ini ibu dan bapa disisi ku, agar aku tidak tewas di telan permainan nya dunia~ Engkau berikan aku sahabat, saat aku kesunyian keseorangan~ dan saat nya aku dewasa, Engkau berikan aku kekasih hati sebagai pelengkapnya Cinta~ Allah.. apa yang melebihi kasih Mu pada hamba Mu ini? Sungguh, Engkau mencintai aku melebihi setiap cintanya insan padaku~ Engkau menyanyangi aku walaupun pengkhiatan Engkau terima dari ku. aku benar, hamba yang tidak bersyukur pada Mu ilahi~ hamba yang sering menzalimi dirinya sendiri~
“Wahai nafsu, tenang-tenanglah dirimu. Akan aku sirami Engkau dengan cintanya Maha Cinta~ dan wahai iman, tetaplah engkau disisiku menemaniku mengapai cinta Dia, walaupun itu mungkin menuntut seribu tahun lagi~ teguhlah diri kalian bersamaku~”
Kata-kata saidina Ali kembali menerjah fikiran. Hati itu buas~ barangsiapa menjinakkannya, maka hati itu akan datang kepadanya~ sahabat, aku bukanlah insan yang sempurna. Kerana aku masih perlukan kalian bersama denganku. Menemani aku bersama dijalan ini. aku akui, aku lemah tak berdaya~ dan tetaplah bersamaku~ kembali membina kekuatan yang telah hilang~ mencari pada jernihnya ukhwah~ akhir kalam, ingatlah.. tidak akan diuji seseorg itu melainkan mampu diuji~ tidak akan dipikul melainkan mampu dipikul. hakikatnya hati itu gersang~ kering dari siraman air iman~ siramilah ia. walaupun tidak seindah siraman air kauhtar, tetaplah berdiri~ insya Allah~

0 kRitIkaNs:
Post a Comment