Dia membuka pesanan masuk yang dihantar masuk untuknya. Detak hatinya yang tadi biasa kian berdetak detak laju ketika hampir dipenghujung bacaan. Ternyata isi kandungan pesanan itu tidak seperti yang disangkakan. Dia merenung jauh~
Perlahan, komputer ribanya ditutup. Rasa letih yang sebentar tadi menghurung, hilang diganti dengan rasa kecewa. Dia terbaring lesu~
Di pembaringan itu dia rebah. Matanya tertutup rapat. Ingatannya jauh melayang mengingat kembali kenangannya bersama arwah atuk dahulu. Luka kehilangan itu masih merah berdarah. Dia masih merindui kenangan dia bersama arwah atuk.
“Jangan pernah ada sifat memiliki dalam hati~” Itu pesan dia~
Disemat pesanan itu kemas kemas didalam hati. Benar~ jangan pernah ada rasa memiliki. Kita milik Tuhan~ Dan kita dipinjamkan untuk merasai nikmatnya beribadah didunia yang sementara ini. Dia tahu itu~ Tetapi..Ah.. Kenapa terlalu sukar untuk memujuk hati?
Hatinya lelah dalam ujian~
Hatinya penuh luka luka ujian yang masih menghurung~
Hatinya masih berdarah belum diubati~
Hatinya lesu~
Dia terlelap~ Lena.
Malam itu lenanya nyenyak sekali~ Seakan akan bebanan jiwa yang ditanggunginya hilang diambil embun malam. Tidurnya sebentar, tapi cukup menyegarkan. Ditahajud itu, dia bangun~ Dan diantara dia dan sunyi, Tuhan menjadi saksi~
Tahajudnya berajut doa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 kRitIkaNs:
hew2..amin dh kembali membwat cerpen lg :P
iman..
Post a Comment